Awal 1860-an adalah masa ketidakpastian dan kerusuhan
politik di Jepang. Akhirnya, pada tahun 1868 kondisi ini menjadi semakin serius
hingga Kaisar Mutsuhito mengambil alih kekuasaan dari shogun (penguasa militer)
terakhir. Mutsuhito kemudian dikenal sebagai Kaisar Meiji, dan peristiwa
pengalihan kekuasaan ini disebut sebagai ‘Restorasi Meiji’.
Dibawah kenadali sang kaisar, Jepang mengembangkan
suatu program modernisasi. Pada tahun 1872, sekelompok politikus Jepang ke
Eropa dan Amerika Utara untuk belajar lebih banyak tentang dunia perindustrian,
pendidikan dan cara hidup bangsa Barat.
Hasilnya, pabrik-pabrik didirikan di Jepang dan negara ini mulai berubah
dari negara agraris menjadi negara industri.
Perubahan ini meliputi pembangunan sistem
perkeretaapian nasional. Selama periode aturan Meiji, pendidikan diberikan
kepada semua masyarakat Jepang. Kaisar Meiji juga memberikan hak kepemilikian
tanah kepada para petani dan mengubah angkaran darat dan laut Jepang menjadi
kekuatan militer modern.
Shogun adalah gelar untuk penguasa sekaligus petarung yang
memerintah di Jepang sejak akhir abad ke-12 sampai dengan pertengahan abad
ke-19. Istilah shogun berarti
jenderal besar dalam bahasa Jepang. Kaisar Jepang pertama kali memberikan gelar
ini kepada perwira-perwira pasukan yang dikirim untuk berperang melawan
suku-suku di wilayah perbatasan utara di akhir abad ke-8.
Pada tahun 1192, kaisar memberikan gelar shogun kepada
pemimpin militer Yoritomo dari keluarga Minamoto. Shogun Yoritomo kemudian
mendirikan sebuah shogunat (pemerintah petarung) di Kamakura. Shogunat Kamakura,
yang berlangsung hingga 1333 melakukan pembagian wewenang sipil dan militer
dengan pihak kekaisaran di Kyoto.
Keluarga Ashikaga mendirikan shogunat di distrik Muromachidi
Kyoto pada tahun 1338. Para shogun Ashikaga ternyata lemah dan tidak dapat
mempertahankan kendali yang dipercayakan kepada mereka. Periode ini ditandai
dengan peperangan dalam kelas sosial para petarung yang disebut golongan samurai. Pada tahun 1603, pemimpin
golongan para petarung, Tokugawa Ieyasu berhasil mengalahkan saingan-saingannya
dan mengangkat dirinya sendiri sebagai shogun bagi seluruh Jepang.
Sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad:
Tatkala Allah Ta’ala menciptakan bumi, maka bumi pun
bergetar. Lalu Allah menciptakan gunung dengan kekuatan yang telah diberikan
kepadanya, ternyata bumi pun terdiam.
Para malaikat keheranan akan penciptaan gunung tersebut.
Kemudian mereka bertanya “Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaa-Mu yang
lebih kuat daripada gunung?”
Allah menjawab, “Ada, yaitu besi”. Para malaikat bertanya
lagi “Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat daripada
besi?”.
Allah menjawab, “Ada, yaitu api”. Para malaikat kembali
bertanya “Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat daripada
api?”.
Allah menjawab, “Ada, yaitu air”. Para malaikat pun bertanya
kembali “Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat daripada
air?”.
Allah menjawab, “Ada, yaitu angin”. Akhirnya para malaikat
bertanya lagi “Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat
dari itu semua?”.
Allah Maha Gagah dan Maha Dahsyat kehebatannya menjawab,
“Ada, yaitu amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya
sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya”.
Allah berfirman,
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan
tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengtahui”.(QS. Al
Baqarah: 261)
Banyak dari kita yang sudah mengetahui dan memahami tentang
anjuran bersedekah ini, namun persoalannya seringkali kita teramat susah
melakukannya karena kekhawatiran bahwa kita salah memberi. Sebagai contoh,
kadang kita enggan memeberi sedekah kepada pengemis yang kita temui ditepi jalan
dengan anggapan bahwa mereka (pengemis/peminta tsb) menjadikan meminta-minta
sebagai pekerjaannya, malas, dll.
Padahal
sesungguhnya prasangka kita yang demikian adalah bisikan syaitan yang
tidak rela melihat kita berbuat baik (bersedekah). Sebaiknya mulai saat ini
hendaknya kita hilangkan prasangka-prasangka yang demikian karena seharusnya
sedekah itu kita niatkan sebagai bukti keimanan kita atas perintah Allah dan
rasul-Nya yang menganjurkan umatnya untuk selalu bersedekah.
Sedekah hakekatnya adalah ladang amal bagi hamba-hamba Allah
yang bertakwa. Pengemis/fakir miskin lainnya adalah ladang amal bagi orang yang berkemampuan. Apabila kita mempunyai kemampuan dan kemauan untuk bersedekah, itu suatu hal yang baik dapat menolong seseorang dan tentunya dengan penuh keikhlasan.